Pages

Minggu, 21 Juli 2013

Tujuan Wisata Baru: Tanah Keajaiban Palestina

Tujuan Wisata Baru: Tanah Keajaiban Palestina


Salah seorang wisatawan tengah berada di Kota Yerusalem yang tengah terkoyak perang antara Israel dan Palestina. Meski demikian, kota tersebut tetap menjadi daya tarik yang besar bagi pariwisata. (Berita SuaraMedia)
BETLEHEM (Berita SuaraMedia) – Anda ingin jalan-jalan ke luar negeri? Mau mencoba pelesir empat malam lima hari di Palestina, "tanah keajaiban"?
Ya, Palestina sedang mempromosikan sektor pariwisatanya. Memang, tidak mudah menggaet wisatawan dengan adanya serangkaian berita tentang kekerasan di Timur-Tengah. Apalagi, Palestina bahkan tidak memiliki kuasa atas tanah yang diklaimnya.
Walau demikian, kementerian pariwisata Palestina mencatat bahwa terdapat sekitar 2,6 juta wisatawan berkunjung ke Tepi Barat pada tahun 2009. Dari jumlah tersebut, lebih dari 1,7 juta orang adalah wisatawan mancanegara. Jumlah tersebut hanya menyusut 1,2 persen dibandingkan jumlah wisatawan asing pada tahun sebelumnya. Catatan tersebut cukup mengesankan, mengingat saat itu dunia sedang dihajar krisis ekonomi. Di berbagai kawasan, sektor pariwisata mengalami kemerosotan sebesar 10 persen.
Mengapa tanah Palestina yang kerap dirundung kekerasan dapat menarik cukup banyak wisatawan? Alasan terbesar adalah keberadaan tanah suci, Betlehem, di dalam wilayah Palestina.
Betlehem diyakini merupakan tempat kelahiran Yesus Kristus (Nabi Isa). Inilah daya tarik terbesar bagi wisatawan. Lebih dari 80 persen wisatawan yang datang ke Palestina mengunjungi Betlehem. "Kami tidak punya laut atau pusat olahraga. Kami tak punya minyak atau fesyen atau klab malam. Pengunjung pasti datang untuk berziarah," kata Walikota Betlehem, Victor Batarseh.
Menjadi satu-satunya daya tarik tidalah selalu menguntungkan. Para wisatawan tidak selalu membelanjakan banyak uang. Mereka bahkan belum tentu menghabiskan banyak waktu di situ.
"Tiap hari merka datang dan mengunjungi kota kami, tapi hanya selama 20 menit," kata Adnan Subah, penjual kerajinan kayu zaitun da gerabah. "Mereka muncul dari bus menuju gereja dan lantas kembali lagi ke bus," imbuh Subah. Toko Subah berada dekat dengan gereja di Manger Square. Meski letaknya cukup strategis, toko tersebut melompong.
Slogan yang didengungkan untuk menarik wisatawan adalah "Palestina: tanah keajaiban". Ini memberi kesan tentang hal-hal yang berbau keagamaan. Walau demikian, kementerian pariwisata Palestina menegaskan bahwa Palestina tak hanya berisi tempat suci semata. Brosur menunjukkan pemandian Turki di Nablus, kedai-kedai kopi kosmopolit di Ramallah, dan atraksi arkeologis di kota kuno Jericho.
Toh, pamflet yang gemerlap tak mampu menutupi kenyataan yang kusam. Sejumlah daya tarik wisata berada di Yerusalem Timur. Itu adalah daerah konflik tanpa akhir, ajang rebutan kekuasaan antara Israel dan Palestina selama bersdekade-dekade. Israel mengokupasi sisi timur Kota Suci pada tahun 1967. Maka, seluruh Yerusalem di bawah kekuasaan Israel. Sementara itu, hukum internasional menunjukkan bahwa Yerusalam Timur adalah milik Palestina.
Pamflet tidak mengatakan apa pun tentang blokade yang dilakukan oleh tentara Israel. Juga tidak tentang dinding pemisah setinggi 8 meter yang dijuluki para kritikus sebagai "tembok apartheid", yang memisahkan Betlehem dengan Yerusalem.
Saat ini, Israel tidak mengijinkan wisatawan memasuki Gaza. Maklum, daerah tersebut sedang dikoyak perang.
Menurut menteri pariwisata Palestina, Khulud Daibes, brosur pariwisata mencoba menunjukkan semua yang dapat ditawarkan oleh kawasan tersebut. Walau demikian, mereka juga bersikap realistis. "Kami tak dapat mempromosikan semua wilayah Palestina. Jadi, kami berfokus pada segitiga Yerusalem, Betlehem, dan Jericho," kata Dalbes. "Disanalah kami merasa nyaman dalam isu keamanan dan kebebasan bertindak."
Dalbes mencanangkan kampanye "Jericho 10,000" pada akhir tahun ini. Fokusnya adalah kota Injili. Jericho terletak di dekat Laut Mati. Maka, Jericho pun berkembang menjadi tujuan wisata paling popular di kalangan wisatawan domestik.
Tantangan terbesar bagi menteri pariwisata Palestina adalah mempromosikan wisata di daerah-daerah yang terokupasi. Di samping itu, Palestina tidak memiliki bandara sendiri. Palestina bahkan tidak memiliki kendali atas perbatasan dengan Yordania dan Mesir.
"Ini adalah tantangan bagi kami, bagaimana caranya menjadi inovatif dan mempromosikan pariwisata di bawah okupasi," kata menteri tersebut. "Kami perlu membuat orang-orang menyadari bahwa di balik tembok ada pengalaman yang menyenangkan sedang menanti, dan membuat mereka tingal lebih lama di sisi Palestina.
"

0 komentar:

Posting Komentar